Egi Patabuga
2 min readOct 12, 2022

KEBEBASAN BEREKSPRESI YANG TERBELENGGU

Segmen kehidupan Ketika menjadi seseorang mahasiswa tentu sangat berarti, menjadi mahasiswa pasti memberikan kesan yang mendalam bagi pelakunya. Kejadian demi kejadian dihadapi selama menjadi mahasiswa dan sebab ini yang membuat seorang mahasiswa bisa melatih dalam mengembangkan dirinya, setiap kejadian entah itu buruk atau baik tentu mempunyai pelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam hidup. Semua kejadian yang ada pada anak manusia, khusunya mahasiswa secara objektif berlandas pada pilihannya sendiri, pilihan tersebut memiliki konsekuensi, tetapi bagaimana jika pilihan yang dihadapkan kepada seseorang kemudian kebebasan pilihan seseorang tersebut terbelenggu? entah sengaja diarahkan atau karena hal lainnya. Ketika ini terjadi secara langsung merupakan penghinaan atas kebebasan pilihan yang diberikan Sang Pencipta kepada manusia sebagai Khalifah Fil-Ardh.

Kebebasan pilihan adalah sesuatu yang mengajarkan bahwa setiap keputusan tentu ada dampak yang akan diterima, kita sebagai manusia pasti akan legowo menerima semua dampak asalkan itu berasal dari pilihan secara personal tanpa ada faktor yang menyekat untuk mengambil pilihan tersebut. akhir-akhir ini ada hal yang menarik untuk kita bahas mengenai pilihan, fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya kalangan mahasiswa dimana kebebasan untuk mengekspresikan pilihan sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya sehingga dalam menjalaninya tidak berlandaskan pada pilihan tersebut, Albert Einstein dalam bukunya Sains dan Agama mengatakan bahwa setiap pilihan akan dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, artinya setiap pilihan yang mempunyai prinsip dan tujuan akan menjadikan faktor dari luar tersebut sebagai bahan pertimbangan bukan sebagai landasan utama

Sangat disayangkan Ketika faktor dari luar ini berasal dari lingkungan yang tidak sehat (penuh ujaran kebencian, konservatif, dsb) ini akan mengakibatkan seseorang tersebut terjebak dalam kesesatan “kebebasan” yang utopis, hal ini akan memunculkan bibit-bibit kebencian yang baru sehingga mereka merasa bebas tapi dalam kenyataan terbelenggu dalam kesesatan pemikiran, lebih para lagi adalah memaksakan pemikiran mereka kepada setiap orang bahwa konsepsi pemikirannyalah yang paling mulia sehingga yang lainnya akan dianggap sebagai konsepsi pemikiran yang salah, dari sinilah segala model kurasakan akan muncul dimulai dari pemikiran, sosial, hingga lingkungan.

Untuk menjawab fenomena tersebut kita perlu menelaah pemikiran Gus Dur yang membawa Konsep Pluralisme sebagai dasar dari pemikiran sehingga melihat perbedaan sebagai Anugerah dari tuhan dan tidak dapat untuk dinafikan. Keberagaman yang ada di Indonesia khususnya di ranah Universitas harus dijaga, dengan cara ini mimbar kebebasan, berekspresi, dan Demokrasi Dapat kita jaga sehingga sebagai kaum Intelektual (Insan Cendekia) kita bisa saling untuk berinteraksi yang pada akhirnya nalar kritis dan kecerdasan organik akan terbentuk di kalangan Mahasiswa. Tetapi mau bagaimana ketika memang Kebebasan tersebut sengaja untuk di bumi hanguskan oleh pihak yang mempunyai kepentingan, percuma menyuarakan perjuangan kepada Rakyat Tertindas tetapi ternyata itu hanya dijadikan jualan semata … Miris dan Sangat Disayangkan

“Kalau Sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah ilmu pasti itu”

- Ayahanda Tan Malaka

HIDUP MAHASISWA

HIDUP RAKYAT INDONESIA

HIDUP PERJUANGAN TANPA KEMUNAFIKAN

Egi Patabuga 12:48 WIB 12–10–2022

Egi Patabuga
Egi Patabuga

Written by Egi Patabuga

Gubernur Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang

No responses yet